Rekonstruksi pembunuhan siska yofie telah digelar kepolisian bandung pada hari kamis 22 Agustus 2013. Kasus Sisca Yofie ini memang telah banyak membuat pro dan kotra di kalangan masyarakat luas. Karena memang dalam kasus pembunuhan ini ada banyak saksi yang berbeda dengan keterangan yang juga dilaporkan kepada pihak berwajib yaitu polisi.
Agar rekonstruksi berjalan lancar, polisi melakukan penjagaan ketat di lokasi. Warga yang tadinya berada di di sekitar lokasi, harus digeser sekira 20 meter. Sementara itu, Jalan Sukagalih sudah mulai ditutup. Rekonstruksi sendiri rencananya digelar pukul 09.00 WIB. Namun hingga pukul 09.10 WIB rekonstruksi belum dimulai. Tersangka juga belum tiba di lokasi.
Rekonstruksi pertama dilakukan di Jl Sukagalih dengan dikawal satu pleton atau sekitar 30 anggota Brimob. Baru pukul 09.20 WIB, kedua tersangka, yang dikawal anggota Brimob bersenjata lengkap, memeragakan empat kali adegan, mulai dari perencanaan hingga aksi penjambretan, sementara itu di lokasi kedua dilakukan sembilan adegan.
Sebelum memeragakan awal pembunuhan, kedua tersangka dengan mengenakan cadar dibawa ke masjid yang lokasinya tidak jauh dari lokasi mayat korban ditemukan. Di masjid itu, tersangka Wawan mengajak Ade menyebarkan proposal. Setelah itu, baru keduanya merencakan aksi penjambretan dengan bersenjatakan golok.
Dalam adegan itu kedua tersangka yang menggunakan sepeda motor berputar arah atau belok kanan ke Jl Setra Indah dan langsung membawanya ke sebuah Pos Kamling, Kelurahan Cipedes, Kecamatan Sukajadi. Kedua tersangka sempat minum sebotol bir.
Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selain dipasang garis polisi sepanjang belasan meter, sebanyak 391 personel gabungan Polrestabes, Polsekta Cicendo, Polsekta Sukajadi dan Brimob Polda Jabar, melakukan penjagaan ketat di sekitar lokasi reka ulang.
Kronologi pembunuhan Fransiska Yovie Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, sebelum kejadian, sekitar pukul 18.30 WIB, Fransiska Yovie, yang bekerja sebagai branch manager di PT Venera Multi Finance, sedang memarkirkan mobil Nissan Livina X-Gear di halaman tempat kosnya di Jalan Setra Indah Utara No 11, Kelurahan Cipedes, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.
Saat itu gerbang terkunci, Siska lalu turun dan hendak membuka gembok pagar. Namun tiba-tiba dua orang menggunakan helm full face menarik paksa Siska. Perempuan ini lalu dianiaya dan kemudian diseret dengan menggunakan sepeda motor. Kondisi di lokasi kejadian pun sangat sepi saat insiden tersebut terjadi.
Siskapun diseret ratusan meter dari lokasi indekosnya oleh pelaku hingga ke Jalan Cipedes Tengah, RT 7/RW 1 Kelurahan Cipedes, Kecamatan Sukajadi atau tepatnya dekat lapangan Abra.
Rudi (40), anak pemilik indekos di mana Siska tinggal, mengatakan saat kejadian sedang berada di dalam indekos sehingga tidak mendengar teriakan atau suara gaduh dari luar indekos. "Sekitar pukul 19.30 WIB saya keluar mau ketemu teman tapi ada mobil siska di luar pagar dengan mesin dan lampu menyala dan pintu kanan terbuka. Salah satu gembok pagar sudah terbuka dengan kunci menempel dan gembok satu lagi masih terkunci," tuturnya ditemui di lokasi kejadian.
Rudi sempat berteriak mencari Siska. "Saya (akhirnya) tahu (ada pembunuhan) saat polisi datang ke sini dan Siska sudah meninggal akibat dianiaya," tuturnya.
Reza, saksi mata di lokasi kejadian, mengatakan sempat melihat motor bebek dengan dua orang berboncengan mengenakan helm full face, menyeret seorang perempuan dengan kepala dijambak. Siska meronta-ronta ditarik dengan kakinya terseret di jalan.
"Sempat teriak, kondisinya saat itu sambil rambutnya dipegang diseret pakai motor. Saya kira boneka karena kulitnya sangat putih," katanya.
Dia pun beserta warga sempat melakukan pengejaran namun karena pelaku menggunakan golok dirinya pun akhirnya memilih mundur. "Saat itu sempat dikejar sama tukang kuda tunggang yang setiap sore selalu ada di sini. Bahkan katanya pelaku sempat terjatuh beberapa puluh meter di dekat kejadian. Tapi tetap berhasil kabur," katanya. (nasional.news.viva.co.id).
Beberapa
keanehan dalam kasus siska yofie, baik dari pengakuan pelaku pembunuhan, kronologi kematian Sisca, pengakuan saksi mata dari polisi maupun media massa, hingga keterlibatan Komisaris Albertus Eko, seolah tidak sinkron.
"Hukum pidana itu mengatakan siapa yang melakukan sebenarnya. Kalau tersangka menyerahkan diri dan segala macam keterangannya, apakah bisa diterima begitu saja? Polisi perlu mencari hubungan antara pengakuan, kesaksian forensik, dan olah TKP," bebernya.
Dalam kasus ini, Yesmil menaruh kemungkinan adanya faktor kecemburuan dari Komisaris Albertus sehingga kasus Sisca menjadi mirip dengan kasus pembunuhan peragawati Dietje. "Motif kejahatan ada tiga yang paling utama melatar belakanginya yaitu, hubungan sosial seperti percintaan, kecemburuan, kesenjangan sosial, dan lain-lain. Kemudian, ada faktor kehormatan dan kekuasan dan yang ketiga adalah faktor harta benda," kata Yesmil. Kriminolog dari Universitas Padjadjaran.