Penyebab autisme secara pasti memang belum diketahui. Namun ada beberapa faktor yang juga ditengarai bisa sebagai pemicu timbulnya anak autisme ini. Beberapa peneletian medis mengklaim bahwasannya penyebab anak autisme adalah karena faktor genetik, faktor perkembangan dan lingkungan saraf. Untuk itulah pentingnya kita juga mengerti akan tanda ciri gejala autis ini.
Jumlah anak yang mengalami autisme mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Maka anak-anak sebaiknya diperiksa ke dokter anak sejak usia 18 dan 24 bulan untuk mengetahui gejala autisme. Penanganan perawatan pengobatan autisme sejak dini akan lebih baik bagi masa depan bayi di kemudian hari nantinya.
Autisme adalah merupakan kumpulan gejala dalam hal gangguan kemampuan berkomunikasi dan bersosial yang berkepanjangan yang tampak pada anak usia tiga tahun pertama, ketidak mampuan dalam berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autis senang menyendiri dalam dunianya dan tidak ada respon terhadap orang lain di sekitarnya. Inilah yang dimaksud dengan pengertian autisme itu sendiri.
Autis merupakan kelainan biologis atau “biological disorder”, suatu gangguan perkembangan karena adanya kelainan pada sistem syaraf penyandangnya. Kelainan ini menimbulkan gangguan komunikasi, interaksi sosial, serta keterbatasan aktivitas dan minat si kecil. Sesuai dengan perilaku anak autisme yang cenderung asyik dengan dunianya sendiri, tidak peduli dengan orang atau lingkungan di sekitarnya. Sangat cuek dan acuh tak acuh sekalipun didekatnya terdapat hal-hal yang sangat menarik.
Gejala Anak Autisme.
Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak, digunakan standar internasional tentang autisme. ICD-10 (International Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) 1994 telah merumuskan kriteria diagnosis untuk Autisme Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia.
Penyebab autis menurut beberapa pakar dalam dunia kesehatan psikologi menyebutkan bahwasannya karena ada beberapa faktornya yaitu diantaranya :
- Pengaruh obat-obatan tertentu yang dikonsumsi oleh para ibu hamil.
- Alergi terhadap Makanan.
- Faktor Keturunan (Genetik).
- Umur orang tua ketika mempunyai anak (usia saat hamil).
- Gangguan Perkembangan Otak.
Para peneliti telah menemukan pula bahwa anak-anak dengan ketidakmampuan belajar atau terlambat berkembangnya lebih mungkin untuk mengalami autis. Hal ini juga berlaku bagi anak yang lebih tua yang menderita epilepsi dan juga kecemasan. Namun, anak-anak atau remaja dengan masalah pendengaran di awalnya kurang mungkin dianggap autis di kemudian hari.
Ada beberapa tanda ciri anak dengan autisme yang bisa kita kenali baik dari perilaku dan sikapnya dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman-temannya.
Berikut adalah cara kita mengenali
anak dengan gangguan perilaku autisme yaitu :
- Anak autis akan menunjukkan perilaku kontak mata yang jarang sekali dengan orang lain atau pun dengan teman bahkan keluarga dan orang tuanya. Ini adalah termasuk dalam gangguan interaksi sosial pada autisme.
- Melakukan gerakan berulang. Penyandang autisme umumnya hanya menyukai satu benda dan akan fokus dengan benda itu secara terus-menerus, biasanya benda yang bisa berputar, contoh mudahnya adalah roda mobil-mobilan. Mereka juga biasanya melakukan suatu gerakan tertentu secara terus menerus dan tanpa ada tujuan, atau disebut juga dengan gerakan stereotipik. Menyukai akan gerakan melompat-lompat.
- Anak tidak mau berbicara walaupun sebenarnya sudah bisa berbicara atau pun mengeluarkan suara. Beberapa kasus menunjukkan suara yang dikeluarkan sang anak tidak jelas bahkan cenderung ke arah teriakan-teriakan.
- Sebagian penyandang autisme tidak bisa berbicara. Kalau pun bisa, biasanya isi pembicaraannya tidak jelas, berulang-ulang, dan tidak memperhatikan lawan bicaranya.
- Tidak ada komunikasi nonverbal (gerakan tubuh), seperti mengangguk untuk mengatakan "ya".
- Pengobatan perawatan anak autisme harus dilaksanakan dengan penuh kesabaran dan memerlukan tenaga kesehatan yang benar-benar berkompeten dalam melakukan terapi autisme ini. Bentuk terapi anak autisme ini meliputi dari terapi perilaku, terapi wicara, pengobatan biomedik, terapi makanan dan juga integrasi sensori.