Bertawakal Kepada Allah - pengertian dan arti makna Tawakal dalam bahasa (bahasa Arab: توكُل) atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, makna tawakal adalah berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Tawakkal yang sebenarnya adalah kedudukan yang mulia lagi besar pengaruhnya. Bahkan tawakal termasuk kewajiban iman yang paling besar, amal yang paling utama, ibadah yang mendekatkan diri pelakunya kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, dan kedudukan paling tinggi dalam mengesakan Allah SWT. Sesungguhnya semua urusan tidak dapat diraih, kecuali dengan rasa tawakal kepada Allah dan memohon pertolonganNya.
Ibnu Rajab rahimahullah dalam Jami’ul Ulum wal Hikam tatkala menjelaskan hadits no. 49 mengatakan, “Tawakal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah ‘azza wa jalla untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa ‘tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata‘.”
Tawakal adalah benarnya penyandaran hati kepada Allah. Ini adalah puncak perwujudan tauhid dan akumulasi keimanan. Tingkat perwujudan yang tertinggi adalah dengan mewujudkan sikap tawakal dengan jujur. Tawakal adalah akumulasi keimanan. Tetapi mengupayakan sebab-sebab, tidak menodai tawakal, tidak juga bertentangan dengannya, bahkan tindakan ini adalah bagian dari tawakal itu sendiri.
Sikap tawakal mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah. Silahkan anda membayangkan, Allah masih memerintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, penghulu orang-orang yang bertawakal untuk menerapkan sikap ini.
Beberapa firman Allah Ta'ala mengenai tawakal ini adalah :
- "Dan bertawakalah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya...( QS. Al-Furqan (25) : 58 ).
- Dia juga berfirman : "Sebab itu bertawakallah kepada Allah,sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata".( QS. An-Naml (27) : 79 ).
- " Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal,jika kamu benar-benar orang yang beriman ".( QS. Al-Maaidah (5) : 23 ).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda dalam satu sabdanya :
" Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal,niscaya Allah akan mengaruniakan rezeki kepadamu sebagaimana Dia mengaruniakan rezeki kepada burung, ia keluar dari sarangnya pada pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali pada sore harinya dalam keadaan kenyang "( HR. Ahmad ).
Burung tersebut berangkat pada pagi hari dengan perut lapar, tetapi sore harinya ia pulang dengan perut penuh berisi makanan.Allah telah mengaruniakan rezeki kepadanya, telah mengisi perutnya dengan rezeki.Tidak ada satupun makhluk melata di muka bumi ini, kecuali Allah-lah yang menanggung rezekinya.
Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, Allah akan mencukupkan segala kebutuhannya.Barangsiapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, niscaya Allah akan menyelamatkannya. Barangsiapa yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya petunjuk.
Seorang muslim memandang tawakal kepada Allah dalam semua pekerjaannya bukan sebagai kewajiban semata, melainkan juga fardhu agama yang tidak hanya berkaitan dengan urusan agama,tetapi juga urusan duniawi termasuk di dalamnya. Dengan kata lain, tawakal tidak hanya berkaitan dengan urusan duniawi dan mencari rezeki semata, tetapi diharuskan pilu dalam masalah beribadah kepada Allah SWT. Simak lebih lanjut mengenai kisah-kisah ketawakalan dalam artikel berikut ini :
Kisah-Kisah Hikmah.
Hendaklah kita selalu merasa yakin, dan
bagaimana mempraktekkan dan mewujudkan sikap tawakal, ketahuilah bahwa pemberi rezeki itu hanyalah Allah. Oleh karena itu, janganlah kita memohon sesuatu yang ada di sisi Allah dengan disertai maksiat kepadaNya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya Ruhul Kudus ( Jibril ) membisikkan ke dalam jiwaku bahwa jiwa tidak akan mati hingga telah sempurna semua rezekinya dan telah tiba ajalnya. Oleh karena itu, bertakwalah kalian semua kepada Allah, dan baguskanlah dalam mencari rezeki. Jangan sampai terlambatnya rezeki menyebabkan kalian memohon apa yang ada di sisiNya dengan tindakan maksiat.Karena segala apa yang dimiliki Allah tidak bisa diperoleh kecuali dengan ketaatan kepadaNya." ( HR. Al-Bazzar ). Al-Albani menganggapnya sebagai hadis shahih di dalam Shahihut Targhib wat Tarhib.
Janganlah kita meninggalkan shalat, dengan dalih sedang bekerja, dan beralasan bahwa bekerja juga ibadah. Ibadah apa? Jangan kita katakan, kita pergi ke luar negeri hanya untuk memenuhi rezeki anak-anak kita. Kemudian, jika kita menemukan pekerjaan haram atau harta yang haram jiwa kita berhasrat menguasainya. Tidak...! Sesungguhnya yang memberi rezeki hanyalah Allah. Janganlah kita mengabaikan kewajiban Allah ataupun hakNya.
Hendaklah kita mengetahui bahwa yang memberi rezeki kepada anjing dan orang-orang kafir adalah Dia Yang Maha Perkasa dan Maha Pengampun. Apakah Dia memberi rezeki kepada anjing dan orang kafir, tetapi Dia mengabaikan orang yang mentauhidkanNya ?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca ayat ini kepada Abu Dzar. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Seandainya semua manusia mengambil nasihat ini, sungguh hal ini akan mencukupi mereka.” Yaitu seandainya manusia betul-betul bertakwa dan bertawakal, maka sungguh Allah akan mencukupi urusan dunia dan agama mereka. (Jami’ul Ulum wal Hikam, penjelasan hadits no. 49). Hanya Allah-lah yang mencukupi segala urusan kami, tidak ada ilah yang berhak disembah dengan hak kecuali Dia. Kepada Allah-lah kami bertawakal dan Dia-lah Rabb ‘Arsy yang agung